Kesenian Gubang: Warisan Leluhur Kepulauan Jemaja yang Harus Tetap Hidup

Opini88 Dilihat

Oleh: Hendri Efendi, Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Kesenian Gubang dari Kepulauan Jemaja adalah salah satu warisan budaya yang luar biasa. Seni pertunjukan ini bukan sekadar tarian biasa; di balik setiap gerakan dan alunan musiknya, tersembunyi cerita panjang tentang sejarah, adat, dan tradisi masyarakat Jemaja yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sayangnya, kini Kesenian Gubang menghadapi tantangan besar. Perkembangan zaman dan derasnya pengaruh globalisasi membuat generasi muda kehilangan minat terhadap seni ini, yang dulunya menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat setempat.

banner 336x170

Kesenian Gubang memiliki asal-usul yang unik. Menurut cerita di Desa Mampok, seni ini bermula dari pengalaman mistis para nelayan yang mendengar suara pesta dari dalam hutan ketika memancing malam hari. Mereka melihat makhluk menyeramkan menari dengan iringan gong dan gendang. Terpesona dengan gerakannya, para nelayan menirunya hingga lahir tarian Gubang. Awalnya, tarian ini digunakan dalam ritual tolak bala untuk mengusir gangguan makhluk halus, namun lambat laun berkembang menjadi hiburan masyarakat. Seni ini pertama kali tumbuh di Dusun Bayur dan Dusun Air Kenanga, Desa Mampok, Kecamatan Jemaja.

Gubang bukan hanya soal tarian atau musik tradisional. Kesenian ini adalah ekspresi budaya yang mencerminkan hubungan erat masyarakat Jemaja dengan alam, spiritualitas, dan kehidupan sehari-hari. Setiap gerakan dalam tarian memiliki makna simbolis mendalam, yang mencerminkan kekayaan filosofi lokal.


banner 500x204
Baca Juga :   Daihatsu Santai Penjualan Sirion Kalah Jauh dari Mobil LCGC

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *