Pancasila di Jemaja: Ketika Pariwisata Harus Kembali ke Akar

Opini398 Dilihat

B. Generasi Muda dan Tanggung Jawab Kebudayaan

Satu hal yang tidak bisa dibantah ialah Jemaja memiliki kekayaan yang tak ternilai, tapi siapa yang akan menjaganya? Di sinilah peran generasi muda menjadi penentu. Mereka harus menjadi penjaga warisan, bukan penonton pasif. Di era digital ini, satu unggahan di media sosial bisa lebih kuat dari seribu baliho. Gubang bisa dihidupkan kembali bukan hanya lewat panggung adat, tapi juga lewat TikTok, YouTube, hingga dokumenter pendek.

banner 336x170

Pemerintah tentu punya peran besar dalam hal regulasi, fasilitasi, hingga promosi. Tapi perubahan sejati dimulai dari kesadaran masyarakat lokal, terutama pemuda, bahwa mereka adalah bagian dari wajah Indonesia yang sesungguhnya.

C. Jemaja Sebagai Cermin Indonesia

Apa yang terjadi di Jemaja sejatinya adalah cermin dari tantangan yang dihadapi banyak daerah di Indonesia. Kekayaan alam dan budaya begitu melimpah, tapi tanpa pengelolaan yang bijak dan berpihak, semua itu bisa lenyap perlahan. Pancasila bukan sekadar teks historis, melainkan peta jalan pembangunan yang berkelanjutan dan manusiawi.

Jika kita ingin pariwisata yang bukan hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga menguatkan jati diri bangsa, maka tak ada jalan lain Pancasila harus menjadi fondasi utama. Dan Jemaja dengan semua potensi dan tantangannya bisa menjadi contoh bagaimana membangun masa depan tanpa meninggalkan akar.


banner 500x204
Baca Juga :   Isi Libur Akhir Pekan dengan Kegiatan Menyenangkan: Mencari Remis di Pantai Desa Tanjung Harapan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *