Ketua DPRD Maya Sari secara simbolis menyerahkan dokumen tersebut kepada Bupati Muhammad Nizar sebagai bentuk dukungan legislatif terhadap kebijakan eksekutif dalam program penurunan stunting.
“DPRD akan kawal anggaran untuk ini. Tapi saya ingatkan, jangan sampai uang banyak tapi program tidak tepat sasaran. Kita harus berani koreksi dan evaluasi setiap langkah,” ujar Maya Sari tegas.
Kearifan Lokal sebagai Solusi: Mengangkat Potensi Daerah
Yang menarik, forum juga sempat membahas pendekatan berbasis kearifan lokal. Beberapa peserta mengusulkan agar makanan tambahan bagi balita menggunakan bahan-bahan lokal seperti ikan laut, daun kelor, dan pisang sebagai sumber nutrisi tinggi.
Kepala Barenlitbang, Irfan Baharuddin, menyebut bahwa tahun ini pihaknya akan mendorong pilot project “Dapur Gizi Desa” yang berbasis pada pangan lokal dan partisipasi ibu-ibu.
“Ini bukan soal bagi-bagi biskuit. Ini soal perubahan pola pikir. Gizi itu ada di sekitar kita. Tinggal bagaimana kita edukasi masyarakat memanfaatkannya,” katanya.
Penutup: Stunting Bukan Takdir, Tapi Tanggung Jawab Bersama
Rembuk Stunting Kabupaten Lingga 2025 bukan hanya soal pertemuan teknis. Ini adalah cermin komitmen dan refleksi bersama: bahwa anak-anak yang lahir hari ini akan menentukan wajah Kabupaten Lingga dua dekade mendatang.
Melalui sinergi yang terbangun, kolaborasi lintas sektor, serta pendekatan berbasis budaya dan kearifan lokal, Kabupaten Lingga menatap masa depan tanpa stunting bukan sebagai mimpi, tapi sebagai target nyata.

















